I. Adanya Persediaan Awal Barang Dalam Proses
Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses maka timbul masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini tiimbul karena persediaan barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok yang berasal dari periode sebelumnya.
Untuk menentukan harga pokok barang jadi terdapat 3 metode yaitu :
1) Metode Harga Pokok Rata-rata (Weighted Average)
Di departemen – Pertama :
a. Dihitung total biaya untuk masing-masing jenis biaya produksi, yaitu : biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dengan cara biaya yang melekat pada persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya-biaya periode berjalan.
b. Dihitung jumlah unit ekuivalen produksi yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan : Barang jadi (yang ditransfer ke departemen berikutnya) ditambah barang dalam proses akhir menurut unit ekuivalen. Harga pokok rata-rata kemudian dihitung berdasarkan total biaya dibagi jumlah unit ekuivalen.
Di departemen – Lanjutan :
a. Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari departemen sebelumnya. Harga pokok tersebut terdiri dari : Harga pokok persediaan awal dan harga pokok yang diterima pada periode yang bersangkutan.
b. Dihitung harga pokok rata-rata per satuan yang ditambahkan dalam departemen yang bersangkutan.
c. Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen yang bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang mendahului ditambah harga pokok rata-rata di departemen yang bersangkutan.
Penghitungan Laporan harga pokok dengan mengggunakan metode rata-rata tidak mengalami banyak perubahan dari metode yang sudah dibahas sebelumnya.
Berikut hal-hal penting yang disajikan dalam perhitungan dengan metode rata-rata tertimbang.
Biaya Per Unit :
Biaya yang melekat pd PDP awal + Biaya yang dikeluarkan pada periode sekarang
Biaya per unit = -------------------------------------------------------------------------------------------
Unit Produk Equivalen
Unit Produk Equivalen
UPE sama dengan semua unit produk yang telah selesai (100% tingkat penyelesaiannya) tanpa memperhatikan tingkat penyelesaian pada PDP awal ditambah dengan PDP akhir sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
UPE = Unit selesai + (%penyelesaian x PDP akhir)
Biaya yang dibebankan ke Departemen
Biaya yang melekat pada PDP awal ditambahkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi periode yang bersangkutan.
Pertanggungjawaban biaya(penhghitungan harga pokok produksi)
Harga pokok produk dihitung dengan mengalikan unit equivalen dengan biaya per unit equivalen.
2) Metode Harga Pokok FIFO (First - In, First - Out)
Perhitungan harga pokok adalah sebagai berikut :
a. Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal menjadi produk selesai.
b. Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan dengan elemen biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
c. Harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu dipecah kembali menurut elemennya ke dalam setiap elemen biaya.
d. Produksi ekuivalen = (Produksi dalam proses awal x tingkat penyelesaian yang dibutuhkan) + Produksi Current + (Produk dalam proses akhir x Tingkat penyelesaian yang sudah dinikmati).
e. Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.
II. Adanya Produk Hilang Dalam Proses
Untuk mencatat adanya pengaruh produk hilang selama proses produksi diadakan pembedaan antara produk hilang dalam proses sebagai berikut :
1) Produk Hilang Awal Proses
Dalam hal ini pengaruhnya ke perhitungan harga pokok adalah :
Di departemen Awal :
Produk yang hilang awal tidak dihitung dalam menentukan jumlah unit ekuivalen.
Di Departemen Lanjutan : (dept 2 dst)
Harga pokok dari departemen sebelumnya disesuaikan dengan jumlah satuan setelah adanya produk hilang.
2) Produk Hilang Akhir Proses
a. Apabila produk hilang terjadi pada akhir proses mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produksi untuk departemen awal maupun lanjutan.
b. Produk hilang tersebut tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen karena dianggap telah ikut menyerap biaya-biaya produksi.
c. Harga pokok produk hilang tersebut diperhitungkan ke harga pokok produk selesai yang ditransfer dari departemen produksi yang bersangkutan ke departemen produksi berikutnya.
III. Adanya Produk Rusak Dalam Proses (Spoiled Goods)
Produk rusak adalah produk yang mutunya tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Adapun perlakuan terhadap produk rusak adalah :
1. Apabila produk rusak tidak laku dijual maka produk rusak tersebut diperlakukan sebagai produk hilang akhir proses.
2. Apabila produk rusak mempunyai harga jual maka perlakuan terhadap produk rusak tersebut sebagai berikut :
a. Nilai jual produk rusak dicatat untuk mengurangi biaya-biaya produk pada departemen tempat terjadinya produk rusak tersebut. Dasar pembagian kepada masing-masing jenis biaya produksi adalah perbandingan unit ekuivalen maka produk rusak tersebut tetap diperhitungkan.
b. Kerugian atas produk rusak (selisih harga pokok dengan harga jual) dicatat sebagai biaya overhead yang sesungguhnya di departemen tempat terjadinya produk rusak. Pencatatan ini dipakai apabila biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka.
c. Niali jual produk rusak dicatat sebagai pendapatan di luar usaha, produk rusak tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen.
IV. Adanya Produk Cacat Dalam Proses (Defective Goods)
Produk cacat yaitu produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan, tetapi masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik kembali, dalam arti biaya perbaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan nilai yang diperoleh dengan adanya perbaikan.
Perlakuan produk cacat tergantung penyebab timbulnya produk cacat, yaitu :
1. Produk Cacat Bersifat Normal
Semua biaya perbaikan diperlakukan sebagai elemen biaya produksi dan digabungkan dengan elemen biaya produksi yang ada pada departemen tersebut.
2. Produk Cacat Karena Kesalahan
Perlakan biaya perbaikan tidak boleh dikapitalisasi ke dalam biaya produksi, akan tetapi harus diperlakukan sebagai elemen rugi produk cacat.
V. Adanya Tambahan Bahan Setelah Departemen Awal
Meskipun pada umumnya bahan baku dipakai pada departemen awal tetapi adakalanya bahan baku ditambahkan di departemen lanjutan (departemen 2 dst).
Adapun pencatatan tambahan bahan baku tersebut di departemen lanjutan adalah sebagai berikut :
1. Apabila tambahan bahan baku tersebut tidak menambah unit produk maka tambahan bahan baku itu hanya dicatat menambah biaya produk tanpa mempengaruhi perhitungan unit ekuivalen departemen bersangkutan.
2. Apabila tambahan bahan baku tersebut mengakibatkan bertambahnya unit produk di departemen yang bersangkutan, maka akan mengakibatkan diadakannya penyesuaian terhadap harga pokok produksi per satuan dari departemen sebelumnya.
VI. Adanya Bahan Sisa Proses Produksi (Scrap Matreial)
Adalah bahan baku yang merupakan sisa proses produksi yang tidak dapat dimasukkan lagi dalam produksi untuk tujuan yang sama, tetapi mungkin dapat digunakan untuk proses produksi yang berbeda atau dijual kembali dalam suatu jumlah tertentu. Bahan sisa ini nilai jualnya lebih kecil dibandingkan produk utama.
VII. Adanya Bahan Buangan (Waste Material)
Adalah bagian dari bahan mentah yang tertinggal sesudah proses produksi dan tidak mempunyai kegunaan untuk dipakai atau dijual kembali. Biaya dalam mengatur bahan buangan biasanya dibebankan pada kontrol overhead pabrik.
● Kalkulasi Biaya Rata - Rata VS Kalkulasi Biaya Fifo
Kalkulas biaya rata - rata dan biaya Fifo masing - masing mempunyai keunggulan tersendiri. Tidak layaklah untuk menyatakan bahwa metode yang satu lebih sederhana atau lebih akurat daripada metode lain. Pemilihan salah satu metode itu akan tergantung seluruhnya pada sikap manajemen mengenai prosedur penentuan biaya yang dapat memberikan angka - angka yang andal bagi pedoman manajerial.
Perbedaan mendasar antara kedua metode terutama berkaitan dengan perlakuan terhadap persediaan awal barang dalam proses. Dalam metode rata - rata, biaya persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya dan ke biaya bahan, pekerja, dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode itu. Biaya perunit akan ditentukan dengan membagi biaya - biaya ini dengan kuantitas produksi ekuivalen. Unit - unit serta biayanya kemudian ditrasfer ke departemen berikutnya sebagai suatu angka kumulatif.
Dalam metode Fifo, biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan sebagai satu angka yang terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit - unit persediaan awal ditambahkan ke biaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer ke departemen berikutnya. Unit yang dimulai dan diselesaikan selama periode tersebut memiliki biaya per unit tersendiri yang lazimnya berbeda dengan biaya per unit lengkap untuk unit - unit dalam proses. Jadi metode Fifo mengidentifikasi secara terpisah biaya - biaya per unit
Contoh 1:
PT “IKA FARMA” memproduksi minyak gosok melalui dua departemen produksi. Berikut ini data produksi dan biaya yang terjadi selama periode bulan desember 2002.
Dept I Dept II
Unit:
PDP awal:
BB 100%,Biaya konversi 40% selesai 68.000
BB 100%,Biaya konversi 20% selesai 102.000
Masuk proses selama periode ini 680.000
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000
Unit ditanbahkan dalam produksi 85.000
Produk jadi ditransfer ke Gudang 748.000
Persediaan PDP akhir
BB 100%,Biaya konversi 60% selesai 153.000
BB 100%,Biaya konversi 30% selesai 34.000
Biaya:
Biaya yang melekat pada persediaan PDP awal:
Harga pokok dari Dept I pd PDP awal - 680.000
BB 238.000 204.000
BTK 111.520 174.000
BOP 187.000 78.200
Jumlah 536.520 1.136.960
Biaya yang terjadi selama periode ini:
BB 2.380.000 1.360.000
BTK 850.000 1.190.000
BOP 1.530.000 680.000
Jumlah 4.760.000 3.230.000
Diminta :
1. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen tersebut dengan metode rata-rata
2. buatlah jurnal yang diperlukan
1.
JAWABAN
PT. ika farma
Laporan Harga Pokok Produksi Dept I
Bulan Desember 2002
Daftar kuantitas fisik :
Persediaan PDP awal (BB 100%,BK 40%) 68.000 unit
Unit masuk proses 680.000 unit
748.000 unit
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000 unit
Persed PDP akhir (BB 100%,BK 60%) 153.000 unit
748.000 unit
Pembebanan biaya
PDP awal Sekarang jumlah UPE biaya/UPE
BB 238.000 2.380.000 2.618.000 595.000+153.000 = 748.000 3,5
BTK 111.520 850.000 961.520 595.000+153.000(60%)=686.800 1,4
BOP 187.000 1.530.000 1.717.000 595.000+153.000(60%)=686.800 2,5
Jumlah 536.520 4.760.000 5.296.520 7,4
Harga pokok produksi
HP Produk ditransfer ke Departemen II
595.000 unit X 7,4 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 4.403.000
HP persediaan PDP akhir
BB 153.000 x 3,5 x 100%= 535.500
BTK 153.000 x 1,4 x 60% = 128.520
BOP 153.000 x 2,5 x 60% = 229.500+
893.520+
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept I 5.296.520
PT. ika farma
Laporan Harga Pokok Produksi Dept II
Bulan Desember 2002
Daftar kuantitas fisik :
Persediaan PDP awal (BB 100%,BK 20%) 102.000 unit
Unit masuk proses 595.000 unit
Unit tambahan 85.000 unit
782.000 unit
Produk jadi ditransfer ke Gudang 748.000 unit
Persed PDP akhir (BB 100%,BK 30%) 34.000 unit
782.000 unit
Pembebanan biaya
PDP awal Sekarang jumlah UPE biaya/UPE
HP dr I 680.000 4.403.000 5.083.000 748.000+34.000(100%)=782.000 6,5
BB 204.000 1.360.000 1.564.000 748.000+34.000(100%)=782.000 2,0
BTK 174.760 1.190.000 1.364.760 748.000+34.000(30%) = 758.200 1,8
BOP 78.200 680.000 758.200 748.000+34.000(30%) = 758.200 1,0
Jumlah 1.136.960 7.633.000 8.769.960 11,3
Harga pokok produksi
HP Produk ditransfer ke Departemen II
748.000 unit X 11,3 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 8.452.400
HP persediaan PDP akhir
HP dr Dept I 34.000 x 6,5 x 100% = 221.000
BB 34.000 x 2,0 x 100% = 68.000
BTK 34.000 x 1,8 x 13% = 18.360
BOP 34.000 x 1,0 x 30% = 10.200 +
317.560 +
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept II 8.769.960
2. Jurnal yang diperlukan
Jurnal Dept.I
a. Mencatat Biaya pada Bulan Des 2002
BDP - BBB Dept.I 2.380.000
BDP - BTK Dept.I 850.000
BDP - BOP Dept.I 1.530.000
Persediaan bahan baku 2.380.000
Gaji dan upah 850.000
Berbagai jenis biaya 1.530.000
b. Mencatat Transfer Produk ke Dept.II
BDP - BBB Dept.II 4.403.000
BDP - BBB Dept.II 2.082.500 1]
BDP - BTK Dept.II 833.000 2]
BDP - BOP Dept.II 1.487.500 3]
c. Mencatat Persediaan produk dalam Proses Akhir
Persediaan PDP Dept.I 893.520
BDP - BBB Dept.I 535.500
BDP - BTK Dept.I 128.520
BDP - BOP Dept.I 229.500
Keterangan :
1] 595.000 x 3,5=2.082.500
2] 595.000 x 1,4= 833.000
3] 595.000 x 2,5=1.487.500
Jurnal Dept.II
a. Mencatat Biaya pada Bulan Des 2002
BDP - BBB Dept.II 1.360.000
BDP - BTK Dept.II 1.190.000
BDP - BOP Dept.II 680.000
Persediaan bahan baku 1.360.000
Gaji dan upah 1.190.000
Berbagai jenis biaya 680.000
b. Mencatat Trasfer Produk Jadi ke Gudang
Persediaan produk jadi 8.452.400
BDP - BBB Dept.II 6.358.000 1]
BDP - BTK Dept.II 1.346.400 2]
BDP - BOP Dept.II 748.000 3]
c. Mencatat Persediaan Produk dalam Proses Akhir
Persediaan PDP Dept.II 317.560
HP dr Dept.I 221.000
BDP - BBB Dept.II 68.000
BDP - BTK Dept.II 18.360
BDP - BOP Dept.II 10.200
Keterangan :
1] 748.000 x 8,5=6.358.000
2] 748.000 x 1,8=1.346.400
3] 748.000 x 1,0= 748.000
Contoh 2 :
PT. KRISMON mengolah produk melalui 2 departemen, produk yang berasal dari Dept. A dipindahkan ke Dept. B untuk diproses menjadi produk jadi yang siap digunakan. Pada Dept. A terjadi produk hilang awal proses dan di Dept. B terdapat produk yang rusak bersifat normal dan tidak laku dijual. Data produksi dan biaya dalam bulan Desember 1996 adalah sebagai berikut :
Departemen A Departemen B
Produk dalam proses per 01/12/1996
(BB 100 %, Konversi 75%) . . . . . . 400 —
Produk masuk proses . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.100 —
Produk selesai ditransfer ke Dept. B . . . . . 2.500 —
Produk dalam proses per 31/12/1996
(BB 100 %, Konversi 50%) . . . . . 500 —
Produk dalam proses per 01/12/1995
(Konversi 50%) . . . . . . . . . . . . . . . — 300
Produk selesai diterima dari Dept. A . . . . — 2.500
Produk selesai ditransfer ke gudang . . . . . . — 2.100
Produk dalam proses per 31/12/1995
(Konversi 80%) . . . . . . . . . . . . . . . — 600
Produk hilang awal proses . . . . . . . . . . . . 500 —
Produk rusak bersifat normal (tidak laku dijual) — 100
Harga pokok produk dalam proses 01/12/1996 :
Harga Pokok dari Dept. A . . . . . . . . . . . . . — Rp. 475.000
Biaya Bahan Baku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 90.000 —
Biaya Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 65.000 Rp. 150.000
Biaya Overhead Pabrik . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 85.000 Rp. 125.000
Biaya Ditambahkan :
Biaya Bahan Baku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 637.000 —
Biaya Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 931.000 Rp. 910.800
Biaya Overhead Pabrik . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 392.000 Rp. 1.113.200
Diminta :
1. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi per departemen produksi dengan menggunakan metode FIFO.
2. Buatlah jurnal yang diperlukan.
JAWABAN
PT. KRISMON
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. A
Bulan Desember 2007
Laporan produksi : Unit
Produk dalam proses per 01/12/96
(BBB 100%, Konversi 75 %) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 400
Produk masuk proses . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.100
3.500
Produk selesai ditransfer ke Dept. B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.500
Produk dalam proses per 31/12/96
(BBB 100%, Konversi 50%) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 500
Produk hilang awal proses . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 500
3.500
Biaya dibebankan di Dept A :
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / unit
HP Produk dalam proses awal Rp. 240.000
Biaya ditambahkan di Dept. A :
Biaya Bahan Baku Rp. 637.000 2.600 1] Rp. 245
Biaya Tenaga Kerja Rp. 931.000 2.450 2] Rp. 380
Biaya Overhead Pabrik Rp. 392.000 2.450 2] Rp. 160
Rp. 1.960.000 Rp. 785
Biaya Kumulatif Dept. A Rp. 2.200.000
Perhitungan Harga Pokok :
Perhitungan HP Produk dalam proses awal :
HP Produk dalam proses periode lalu . . . . . . . . . . . . . Rp. 240.000
Biaya untuk menyelesaikan produk dalam proses awal :
Biaya Bahan Baku : 400 x 0 % x Rp. 245 = Rp. —
Biaya Tenaga Kerja : 400 x 25 % x Rp. 380 = Rp. 38.000
Biaya Overhead Pabrik : 400 x 25 % x Rp. 160 = Rp. 16.000
Rp. 294.000
Perhitungan HP Produk selesai ditransfer ke Dept. B :
HP Produk selesai [ ( 2.500 – 400 ) x Rp. 785 ] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 1.648.500
HP Produk selesai ditransfer ke Dept. B ( 2.500 x Rp. 777 )3 . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 1.942.500
Perhitungan HP Produk dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku : 500 x 100 % x Rp. 245 = Rp. 122.500
Biaya Tenaga Kerja : 500 x 50 % x Rp. 380 = Rp. 95.000
Biaya Overhead Pabrik : 500 x 50 % x Rp. 160 = Rp. 40.000
Rp. 257.500
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept. A Rp. 2.200.000

1] ( 2.500 – 400 ) + ( 400 x 0 % ) + ( 500 x 100 % ) = Rp. 2.600
2] ( 2.500 – 400 ) + ( 400 x 25 % ) + ( 500 x 50 % ) = Rp. 2.450
3] Rp. 1.942.500 / 2.500 = Rp. 777
PT. KRISMON
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. B
Bulan Desember 2007
Laporan produksi : Unit
Produk dalam proses per 01/12/96 (Konversi 50 %) . . . . . . . . . . . . . 300
Produk selesai diterima dari Dept. A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.500
2.800
Produk selesai ditransfer ke gudang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.100
Produk dalam proses per 31/12/96 (Konversi 80%) . . . . . . . . . . . . . 600
Produk rusak bersifat normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
2.800
Biaya dibebankan di Dept B :
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / unit
HP Produk dalam proses awal Rp. 750.000
HP dibebankan dalam Dept. B :
HP Produk dari Dept. A . . . . Rp. 1.942.500 Rp. 777
Biaya ditambahkan di Dept. B :
Biaya Tenaga Kerja Rp. 910.800 2.530 1] Rp. 360
Biaya Overhead Pabrik Rp. 1.113.200 2.530 1] Rp. 440
Rp. 2.024.000 Rp. 800
Biaya Kumulatif Dept. B Rp. 4.716.500 Rp. 1.577
Perhitungan Harga Pokok :
Perhitungan HP Produk dalam proses awal :
HP Produk dalam proses periode lalu . . . . . . . . . . . . Rp. 750.000
Biaya untuk menyelesaikan produk dalam proses awal :
Biaya Tenaga Kerja : 300 x 50 % x Rp. 360 = Rp. 54.000
Biaya Overhead Pabrik : 300 x 50 % x Rp. 440 = Rp. 66.000
Rp. 870.000
Perhitungan HP Produk selesai ditransfer ke gudang :
HP Produk selesai [ ( 2.100 – 300) x Rp. 1.577 ] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 2.838.600
HP Produk rusak ( 100 x Rp. 1.577 ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 157.700
HP Produk selesai ditransfer ke gudang ( 2.100 x Rp. 1.841,09 )2 . . . Rp. 3.866.300
Perhitungan HP Produk dalam proses akhir :
Dari Dept. A : 600 x Rp. 777 = Rp. 466.200
Biaya Tenaga Kerja : 600 x 80 % x Rp. 360 = Rp. 172.800
Biaya Overhead Pabrik : 600 x 80 % x Rp. 440 = Rp. 211.200
Rp. 850.200
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept. B Rp. 4.716.500

1] ( 2.100 – 300 ) + ( 300 x 50 % ) + ( 600 x 80 % ) + 100 = 2.530
2] Rp. 3.866.300 / 2.100 = 1.841,09
Jurnal yang diperlukan :
Jurnal Dept. A
a) Mencatat biaya pada bulan Des 2007
BDP - BBB Dept. A Rp. 637.000 —
BDP - BTK Dept. A Rp. 931.000 —
BDP - BOP Dept. A Rp. 392.000 —
Persediaan bahan baku — Rp. 637.000
Gaji dan upah — Rp. 931.000
Berbagai jenis biaya — Rp. 392.000
b) Mencatat transfer produk ke Dept. B
BDP - BBB Dept. B Rp. 1.942.500 —
Persediaan produk dalam proses awal Rp. 240.000
BDP - BBB Dept. A — Rp. 514.500 1]
BDP - BTK Dept. A — Rp. 836.000 2]
BDP - BOP Dept. A — Rp. 352.000 3]
c) Mencatat persediaan produk dalam proses akhir
Persediaan PDP Dept. A Rp. 257.500 —
BDP - BBB Dept. A — Rp. 122.500
BDP - BTK Dept. A — Rp. 92.000
BDP - BOP Dept. A — Rp. 40.000
1] [ ( 2.500 - 400 ) + ( 400 x 0 % ) x Rp. 245
2] [ ( 2.500 - 400 ) + ( 400 X 25 % ) x Rp. 380
3] [ ( 2.500 - 400 ) + ( 400 X 25 % ) x Rp. 160
Jurnal Dept. B
a) Mencatat biaya pada bulan Des 2007
BDP - BTK Dept. B Rp. 910.800 —
BDP - BOP Dept. B Rp. 1.113.200 —
Gaji dan upah — Rp. 910.800
Berbagai jenis biaya — Rp. 10113.200
b) Mencatat transfer produk jadi ke gudang
Persediaan Produk Jadi Rp. 3.866.300 —
Persediaan produk dalam proses awal — Rp. 750.000
BDP - BBB Dept. B — Rp. 1.476.300 1]
BDP - BTK Dept. B — Rp. 738.000 2]
BDP - BOP Dept. B — Rp. 902.000 3]
c) Mencatat persediaan produk dalam proses akhir
Persediaan PDP Dept. B Rp. 850.200 —
BDP - BBB Dept. B — Rp. 466.200
BDP - BTK Dept. B — Rp. 172.800
BDP - BOP Dept. B — Rp. 211.200
1] [ ( 2.100 - 300 ) + 100] x 777
2] [ ( 2.100 - 300 ) + ( 300 x 50% ) + 100] x 360
3] [ ( 2.100 - 300 ) + ( 300 x 50% ) + 100] x 440